2.15.2014

Untuk Para Pecinta yang Terjebak pada Batas

Batas

"Yang membatasi kita menjadi aku dan kamu, adalah ketidaktahuan bahwa kita sebenarnya saling mencinta"
Jangan ragu, itu memang sajakmu
Aku hanya pengutip
Kau yang berkata, kau yang mencipta
Sama halnya yang ku rasa

Aku tau, jelas ada batas di antara kita
Batas yang bila ku lintas, senyummu jadi taruhan
Senyum yang simpul-simpulnya tak ingin ku urai
Ku nikmati setiap kerumitannya

Biasanya aku tak seperti ini
Aku yang aku tahu, tak mampu tunduk akan rambu
Tak melambatkan laju ketika kuning nyalanya lampu
Atau berhenti tepat di belakang zebra cross
Ya, kamu boleh memanggilku lelaki penerobos
Tapi tidak dengan batas yang kau buat
Terlalu kuat, hingga sangsi untukku mampu lewat

Padahal jelas terlihat,
Tak ada jemari yang sedang kau genggam erat
Atau dada bidang tempatmu menyandarkan penat
Saat ini kau adalah landasan pacu sedang kosong
Dengan ilalang yang yang mulai tumbuh di tepinya ditemani beberapa Dandelion
Terbengkalai, kata mereka yang lalai

Memang, tampak beberapa pesawat mampu mendarat
Namun tak lebih dari sesaat
Sebelum akhirnya tergelincir bebas
Menghantam pagar pembatas--naas
Mungkin karena run-waymu yang tak terlalu panjang
Mengingat kau makhluk yang cepat bosan
Harapku masih tinggi, semoga hanggarmu selalu terlindungi

Jadi sesungguhnya, apa yang menahanku
Aku malu, aku segan, aku menghormatimu, aku...
Ah sudahlah, AKU TAKUT!
Ya, sekali lagi aku akui, AKU TAKUT JIKA KAU SAMPAI TAU!
Aku takut melewati garis tebal yang kau cat merah ini
Aku takut kau pergi, aku tak mau ada pengganti.
Kau tau, aku resmi terjebak oleh kedua bingkai kacamatamu
Hingga setiap aku melihat senja, yang ada hanya warna rona pipimu

Walaupun kecil kau bukan gigi susu, yang jika dia tanggal
Tinggal menunggu tanggal untuk tumbuh pengganti
Kau, layaknya geraham
Tak kutampakkan dalam senyumku,
namun vital bagi kesehatanku
Karena meskipun 76 tahun sekali,
Komet halley pantas dinanti

Jadi disini, aku kan mengambil posisi
Mengikuti, walau kadang tak terdeteksi
Dekat, namun tak melekat
Karena aku percaya
Pudarnya batas ialah menunggu waktu yang pantas

-@ferdyadif-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar