4.07.2014

Tentang Hujan

Hujan turun menggebu-gebu, seraya datang mengetuk pintu membawa rindu. Aku tak ingin menemui, namun seolah mereka tak peduli.

Ialah mereka; menjajah pikiranku ---perlahan tapi pasti dengan segala bayangan.

Bayangan akan kenangan dan harapan, dibalutnya dalam do'a ---mesra tanpa ragu. Hujan mengajariku tetap pada keyakinanku.

Tanpa harus malu menerima rindu yang tak pernah jemu. Hanya ada angguk serta setuju tuk tetap menuju pada jalan itu.

Ya, jalan itu ---terlihat semu namun nyata bagiku. Apa mata dan hati ini tertutup sesuatu? Sehingga tak pernah ada kata salah jalan untukku.

Ah, jangan rayu aku dengan jalan lain yang lebih mudah kulalui, aku tak apa. Di jalan ini hujan mengajariku segala hal.

Membuatku memahami apa itu tabah. Tentu saja aku tak berpotensi mendapatkan nilai A, paling tidak kurasakan itu ada.

Terima kasih hujan, meski sakit tapi inilah yang aku butuhkan. Mungkin benar, ego harus bertemu dan bertarung dengan sabar.

Aku hanya seorang perempuan yang kau tuntun berbasah-basahan, kau seret dalam sejuknya dirimu.

Meski menggigil oleh dinginmu masih kurasa hangatmu, sebab aku tahu kau selalu melihatku tanpa perlu turun langsung ke hadapanku.

Tak berhenti kuucapkan, terima kasih hujan. Syukurku padaNya kau dihadirkan, menuntunku ke mana aku seharusnya, dalam dingin dan hangatmu.